Langit sedang bermuram
Dia rindu menangis
Dan kau selalu tak inginkan ini
Kau membenci kerapuhannya
Kenapa harus menumpahkan air mata
Tanyamu pada nelangsa
Tapi langit semakin abu-abu
Dia harus tersedu
Kau terus memintanya tertawa
Dia malah berpaling pada awan
Hanya untuk tersenyum
Lalu bertambah gelap kelabu
Kemudian dikirimkannya hujan
mengalirlah milyaran bulir air itu
Jatuh ke setiap lekuk dan celah
Ya.. Tumpahkan sajalah semuanya
Kau punya bahu untuknya
Tak selebar dunia tapi cukup
Kau punya dada untuknya
Tak selapang lautan tapi cukup
Teruskan hingga tak bersisa
Dan kau berjanji padanya
Cukup mendengar sedu sedan
Tanpa banyak cerita atau tanya
Rupanya ia berkelahi dengan cinta
Sedang memelukmu tapi menggenggam awan
Lihat tangisannya perlahan mereda
Hanya kau masih terpuruk
Hujan tak mampu menghapus semua
Hasratmu untuk mencaci
Betapa ia kini kembali penuh awan
Kenapa harus awan
Kau dan langit bukan lagi satu
Walau hujan pernah jadi jembatan
Semua kan berakhir disini
Ditengah awan dan hujan rintik-rintik
Monday, December 2, 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)